Tadinya aku baik-baik saja,
Tadinya juga aku tak masalah kau begitu,
yang aku pikirkan saat itu aku belajar
mencintaimu,
yang kurasakan aku harus memahamimu.
Sesuatu yang tadinya aku pikir adalah
kejujuran,
Tapi hanyalah rangkaian alasan untuk
membuatku tenang,
Sekali lagi bukan masalah untukku,
Karena aku percaya padamu.
Mereka bilang aku naif,
Mereka bilang aku terlalu polos,
Bagaimana mungkin aku tidak bisa melihat
topeng itu?
Bagaimana bisa kebaikan yang kudapati
hanyalah tipu daya?
Aku menutup telingaku,
Percaya pada harapanku,
Percaya padamu,
Tapi kenyataan tak mendukungku.
Kudapati kau tak seserius ucapanmu,
Niatmu hanya singgah dibibirmu saja,
Saat kutau sayang itu bukan hanya
untukku,
Egomu hanya untuk kebahagiaanmu sendiri
saja.
Kebenaran berdiri tegak dihadapanku,
Namun aku masih ingin percaya kala itu,
Masih ingin mendengar pembenaranmu,
Agar masih bisa berdiri disampingmu dan
memahamimu.
Tapi sepertinya kau tak peduli,
mungkin pembenaran artinya kalah
untukmu,
Bahkan mungkin lidahmu kelu untuk hanya
sekedar meminta maaf,
Adakah rasa bersalah dihatimu?
Hingga saat terakhir aku yang merasa
bersalah,
Aku terlihat seperti pengganggu
dihidupmu,
Tapi siapa yang sebenarnya memintaku masuk
kesana?
Aku yakin kau tau jawabannya..
Aku tak menyalahkanmu ataupun keadaan,
Biarlah kecewa yang menggelayut menjadi
guru bagiku,
Biarlah aku semakin mahir mengendalikan
hatiku,
Biarlah waktu yang menyembuhkan luka.
Aku memahami bertemu adalah kesempatan,
Tapi untuk mencintainya adalah pilihan,
Aku memilih belajar mencintaimu,
Tapi mungkin tidak denganmu.
Aku sadar percaya itu bukan hanya
diyakini lewat hati,
Tapi tindakan kongkret lebih berarti,
Aku percaya kau yang terbaik,
Tapi mungkin bukan untukku.
Yogyakarta, 12 April 2016
©DAPW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar