Debur ombak dan besarnya arus seakan
sudah akrab denganku,
Mewakili perasaan yg tiada kabar,
Tak pernah sedikitpun aku meraju.
Semilir angin laut yg menerpa wajahku,
Aroma air laut yg begitu khas,
Ombak yg terus mengguncang perahuku,
Dan kadang aku tersapu badai tapi tetap
merasa bebas.
Entah sampai kapan lautan ini kuarungi,
Aku begitu menikmati panorama yg ada
dihadapanku,
Hingga aku kadang lupa diri,
Bahwa tidak seharusnya aku terus
terpaku.
Aku teringat terakhir kali aku berlabuh,
Aku merasa begitu nyaman,
Aku merasa begitu teduh,
Tapi yg kuterima disaat terakhir adalah
ancaman.
Aku teringat bagaimana aku berlari,
dengan belati yg terhunus tepat di
jantungku,
Aku takut.. aku membawa luka hati,
Aku merasa akan tenggelam untuk
menghilangkan semua risau.
Aku teringat apa yg kurasakan,
Dimana aku kembali ke perahuku dengan
terseok-seok,
Tekadku tak akan lagi ku berlabuh yg
kuingin hanya kebebasan,
Kuikrarkan kebebasanku hinggaku
berteriak.
Hingga kini ku lihat sebuah pulau
sederhana dikejauhan,
Pulau itu adalah kamu,
awalnya aku ragu untuk mendekat dan
merasa tertekan,
Aku takut untuk menambatkan perahuku.
Angin berhembus dari pulau itu,
Seolah menyampaikan pesan "tinggal
lah di sini",
seolah kau memintaku,
Hatiku resah..kegelisahanku kembali.
Mampukah aku memulai dari awal lagi?
Beradaptasi, merasa nyaman, dan teduh di
pulaumu,
Mampukah aku membuang semua luka hati?
Memiliki pulauku sendiri dan menyerahkan
seluruh rasaku.
Aku beranikan diriku,
Kutambatkan perahuku,
Belajar menerimamu,
Dengan cinta mengiringi langkahku.
Berharap di setiap sujudku,
Kau tempat terakhirku untuk berlabuh,
Bila itu bukan kamu,
Maka aku siap kembali.. berlayar.. dan
kembali berlabuh.
Yogyakarta, 13 Desember 2015
©Dyah Ayu Pramoda Wardani(DAPW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar