Aku bukan lautan yg mampu berikan
ketenangan,
hanya dengan melihat biru dan jernihnya
air laut,
dengan debur ombak yg terdengar lebih
indah dari alunan musik Bethoven, dengan suara layar perahu yg tak menimbulkan
kebisingan,
juga angin sepoi-sepoi dan lambaian
nyiur kelapa yg membuat kau betah tinggal.
Aku bukan karang yg mampu terus terlihat
kokoh,
meski diterjang ombak berkali-kali.
Aku bukan taman yg memberikan kedamaian,
dan keindahan dengan bunga-bunga yg
menawan,
dan hamparan rumput yg membuatnya
semakin sejuk dipandang.
Bahkan aku tak seperti salah satu mawar ditaman,
yang terlihat
begitu cantik dan harum,
bahkan ditangan orang-orang yg
merusaknya.
Aku bukan mentari yg dapat menyinari
hari dengan kehangatannya, memberikan visualisasi yg nyata dari ciptaan Ilahi.
Aku bukan kunang-kunang dihutan yg
gelap,
dengan tubuhnya yg bersinar akan
menghibur,
dan menyanyikan lagu pengantar tidur yg
indah.
Aku bahkan bukan bulan yg akan muncul,
untuk mengurangi gelapnya malam.
Aku bahkan bukan hujan,
yg akan menjadi berkah bagi seluruh
kehidupan dimuka bumi ini.
Aku bukan pelangi yg akan muncul setelah
hujan,
yg akan kembali memberi warna
dikehidupan ini.
Aku...hanyalah ranting kecil di sebuah
dahan pohon.
Aku hanyalah bagian terkecil dr pohon,
ranting yg begitu rapuh yg kapanpun bisa
patah,
dan sirna ketika rinai hujan deras
menerjang berulang-ulang.
Karena aku hanyalah ranting, bukan
dahan, bukan pohon.
Karena aku hanyalah ciptaan Rabbku yg
senantiasa memiliki nafsu dan masih sering mengeluhkan ini dan itu.
Palangkaraya, 9 Maret 2015
©Dyah Ayu Pramoda Wardani(DAPW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar