W E L C O M E

Enjoy the contents and feel free to leave comments ;)

Halaman

Sabtu, 23 April 2016

Setitik Harapan



Bagai tumbuhan yang tumbuh di tanah gersang.
Tak banyak mineral yg bisa ku serap dari tanah.
Hanya terpaan sinar matahari yg terus saja menghujaniku.
Dengan kekurangan ini, aku di paksa untuk terus berfotosintesis.
Menyediakan cadangan makanan untuk diriku sendiri,
dan Oksigen untuk mereka sang manusia..

Tatkala tak sanggup lagi.
Daunku pun mulai menguning, layu, berguguran, dan ada kalanya.. mati..
Di tanah ini, daunku yg menguning merindukan tetesan hujan.
Yang mampu menyejukan,

mengingatkan bahwa aku pernah merasakan hidup..
Tumbuh.. dan berbunga..

Terlalu sering diterbangkan,
Namun sering pula terjatuh,
Entah jenis cinta seperti apa ini?
Apa karena terlalu banyak berekpektasi?
Hanya mencoba memberi kesempatan dan percaya,
Namun mengapa terasa begitu rumit?

Aku berharap untuk jatuh cinta lagi.
Jatuh hati lagi.
Sederhana..
Tapi terlalu banyak ketakutan.

Aku takut?
Ya.. karena mungkin aku terlalu banyak berharap.
Banyak berharap sama dengan kecewa.
Bukan berharap yang sempurna,
Tapi rajin ibadahnya.
Bukan berharap yang kaya,
Tapi pekerja keras dan sederhana.
Bukan yang banyak janji dan terburu-buru,
Tapi bijak dan tau apa yg di mau.

Aku ingin bahagia.
Siapa yang tak ingin bahagia?
Ingin punya hubungan yang harmonis,
tapi bukan tanpa konflik.
Berbagi cakrawala dunia,
bukan hanya dari pikiran sendiri saja.
Berani tumbuh bersama,
bukan hanya ingin kesenangan sesaat.

Aku ingin mencintai.
Bukan hanya berharap untuk dicintai.
Karena cinta bukanlah take and give,
tapi give and give..
Karena cinta bukan hanya saling memiliki,
tapi juga saling mengerti..
Karena cinta bukan hanya tentang nafsu,
tapi adalah ketulusan.
Karena cinta bumbu yang gurih untuk kehidupan.

Aku menanti saatnya.
Saat mataku melihatnya maka sensor syarafku akan merespon.
Menaikan adrenalin.. memacu detak jantungku..
Dan menyebarkan hormon dopamin keseluruh pembuluh darahku.
Saat telingaku mendengar suaranya,
maka aku akan mendengar suara selembut beludru,
semerdu petikan dawai harpa.

Saat mulutku mengucapkan namanya,
maka nama itu yang akan selalu ada dalam setiap doaku.
Saat semua indera setuju dengan semua signal itu..
Hati yang akan berbicara.. aku... jatuh hati..

Palangkaraya, 20 Februari 2015
©Dyah Ayu Pramoda Wardani(DAPW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar