W E L C O M E

Enjoy the contents and feel free to leave comments ;)

Halaman

Sabtu, 23 April 2016

Semesta

Pernahkah kau mendengar?
Seberapa pun kenal,
seberapa pun berharap,
seberapa pun cinta,
jika memang bukan orang yang tepat,
akan selalu ada cara untuk dijauhkan.

Seberapa pun tak kenal,
seberapa pun tak ada urusan atau keperluan,
seberapa pun benci,

jika memang ia orang yang tepat,
akan selalu ada cara untuk didekatkan.

Pernahkah kau merasakan?
Ketika orang asing akhirnya menjadi separuh hidup kita.
Ketika orang yang kita sangka akan tetap ada dan tidak pergi,
namun akhirnya menjadi orang asing.

Taukah kau?
Di sinilah semesta memainkan kuasanya.
Hati kembali pada pemilik-Nya.
Pernahkah kau membayangkan masa depanmu?
Pernahkah kau melewatinya?

Aku seperti akan mengenalmu di masa depanku nanti.
Masa depan yang akan segera memelukku erat,
dan menyentuhku untuk segera berlari kepadanya.

Sekarang aku sedang berjalan menapaki jalan bebatuan.
Sekarang aku sedang mendaki bukit yang terjal dan penuh onak berduri.
Sekarang aku sedang menyusuri padang pasir yang gersang dan tandus,
penuh fatamorgana.
Untuk sampai di masa depan itu..

Hal yang tak bisa ku bayangkan saat ini,
adalah mencintaimu di masa depan.
Karena sekarang ini kau asing bagi semestaku.
Di masa depanku nanti,
aku tak pernah berencana untuk bertemu,
dan jatuh cinta kepadamu.

Saat ini kita belum saling mengenal.
Saat ini kita masih asyik berjalan dijalan masing-masing.
Hati kita belum saling menyentuh satu sama lain.
Saat ini mungkin kau masih mencintai perempuan lain,
atau bahkan kau memiliki mimpi membangun kehidupan bersamanya,
sampai akhir hayatmu...

Dan mungkin saat kita berpapasan sekali pun,
tak akan pernah ada guratan senyum dari wajahmu,
tak akan ada sapa dari bibirmu..
Kita begitu asing, tak mengenal rupa.
Tak saling mengenal hati...

Mengenai masa depan,
dibelahan bumi manapun kau berpijak,
kau selalu ada dalam doa.

Doa-doa yang masih berhamburan dipelataran sajadah,
mengalun khusyuk ditafsirkan malaikat dengan begitu indah.
Kuberikan bahuku bersama cinta yang dimunajatkan.
Agar di masa depan nanti,
tak kau temui lagi rasa yang senyap.

Di dada kiriku,
kau menjelma menjadi kupu-kupu yang berhias indah sayap-sayap doa.
Kau selalu menjadi pemenang segala rindu.
Rindu yang menderu gaduh tanpa peduli rebah.
Adalah rindu, kata yang terucap lirih,
selembut udara yang berhembus bersama asa.
Sehalus isyarat langit kepada bumi.

Bagaimana caranya kujelaskan rindu ini,
kepada seseorang yang entah siapa dan dimana saat ini.
Kau yang ada di sana.
Terkadang mata ini iri kepada hati,
karena kau terasa..kau ada..di hati ini..
Namun.... Tak tampak di mataku..

Untukmu Lelaki asing yang kutunggu di masa depanku.
Hanya serpihan-serpihan rindu,
dan untaian-untaian doa yang akan menuntunmu untuk menemukanku dan membawamu pulang pada hatiku....

Yogyakarta, 30 Desember 2015
©Dyah Ayu Pramoda Wardani(DAPW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar