W E L C O M E

Enjoy the contents and feel free to leave comments ;)

Halaman

Selasa, 21 Agustus 2012

Tahukah Kamu???


SENI KARAWITAN KONTEMPORER DI BALI
    Tahun 1970 adalah saat masa penting dalam sejarah perkembangan seni karawitan di Bali. Pada waktu itu muncul garapan karawitan kontemporer Bali, garapan karawitan modern, yang eksperimental sifatnya namun masih bersumber dan berakar pada musik tradisi.
    Awal pertumbuhan karawitan kontemporer Bali ditandai oleh garapan musik berjudul Gema Eka Dasa Rudra karya I Nyoman Astita pada tahun 1979. Dalam garapan karawitan ini Astita mencoba menuangkan interpretasinya terhadap suasana musikal dan serangkaian upacara ritual dalam karya Agung Eka Dasa Rudra di Besakih tahun 1978. Barungan gamelan yang dijadikan dasar adalah Semar Pagulingan yang dikembangkan dengan jalan menambah beberapa buah gong dan kempul, cengceng kopyak, kentungan (alat menumbuk padi), kulkul (kentongan), serta sapu lidi. Dengan alat-alat ini Astita menjanjikan sedikitnya 5 warna musik Bali : Semar Pagulingan, Gong Kebyar, Balaganjur, Angklung, dan Gong Beri untuk melukiskan upacara Eka Dasa Rudra.
    Di samping memadukan alat-alat gamelan dengan alat-alat yang non gamelan, Gema Eka Dasa Rudra lahir dengan menawarkan dua gagasan baru.
Ø  Pertama, dalam garapan dilakukan beberapa perubahan petet gending yang merangkai lagu-lagu yang berlaras pelog dan slendro. Struktur nada gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu memungkinkan untuk melakukan semuanya ini. Oleh karena itu, dalam kreasi musik ini ada lagu-lagu yang dimainkan dalam patet selisir, patet tembung, dan lainnya. Laras slendro muncul ketika diperdengarkan lagu-lagu gamelan angklung dan laras pelog terdengar pada waktu Balaganjur dan Kekebyaran.  
Ø  Kedua, sepanjang perjalanan musik Gema Eka Dasa Rudra ini para pemain menabuh atau menyanyi sambil menari. Dengan gerak-gerak yang sederhana, para penabuh mencoba untk memvisualkan beberapa aktivitas yang terjadi dalam upacara Eka Dasa Rudra yang sesungguhnya. Dengan demikian Gema Eka Dasa Rudra menjadi sebuah sajian musik yang sifatnya audio-visual yang menarik untuk dilihat dan didengar.
    Munculnya Gema Eka Dasa Rudra  yang dipersiapkan untuk Festival Komponis Muda di TMI Jakarta ini mendapat sambutan positif dari kalangan pengamat dan budayawan Bali, sehingga merangsang tumbuhnya karya-karya karawitan kontemporer lainnya. Di antara karya-karya penting yang muncul sesudahnya adalah : Uma Sadina oleh I Nyoman Astita, Trompong Beruk oleh Wayan Rai S, Sumpah Palapa oleh Nyoman Windha, Kosong oleh Ketut Gede Astawa.
    Kehadiran karya-karya ini membuat semakin semaraknya kehidupan seni karawitan kontemporer di daerah Bali.
Sumber : http//:www.babadbali.com/seni/gamelan/karawitan-kontemporer.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar